Nama
: Amylia Nurrizky
Yudhistiara
Kelas / NPM : 4KA21 / 10120135
Mata Kuliah : Audit Teknologi System Informasi
Dosen
: Kurniawan B. Prianto,
S.Kom., SH, MM
AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI
1. Definisi
Kontrol Dan Audit Sistem Informasi
Audit
sistem informasi adalah fungsi dari organisasi yang mengevaluasi keamanan aset,
integritas data, efektifitas dan efisiensi sistem dalam sistem informasi
berbasis komputer. Selain itu Audit sistem informasi adalah proses pengumpulan
dan penilaian bukti – bukti untuk menentukan apakah sistem komputer dapat
mengamankan aset, memelihara integritas data, dapat mendorong pencapaian tujuan
organisasi secara efektif dan menggunakan sumberdaya secara efisien.
Audit
adalah aktivitas pengumpulan dan pemeriksaan bukti terkait suatu informasi
untuk menentukan dan membuat laporan tentang tingkat kesesuaian antara
informasi dengan kriteria yang ditetapkan. Suatu proses sistematis mendapatkan
dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas
tindakandan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara
asersi-asersi tersebut danmenetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak - pihak yang berkepentingan. (Messi eret al 2006).
Audit
pada dasarnya adalah proses sistematis dan objektif dalam memperoleh dan
mengevaluasi bukti bukti tindakan ekonomi, guna memberikan asersi/ pernyataan
dan menilai seberapa jauh tindakan ekonomi sudah sesuai dengan kretaria yang
berlaku dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang terkait. (Wardani, 2014).
Audit
adalah : Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian 5
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataanpernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasilhasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. (Mulyadi, 2014:9).
Pada
awal konsep / bidang kontrol internal mungkin hanya merupakan mekanisme yang
sangat tinggi dari segi pandang manajemen perusahaan yaitu sebagai sistem yang
dapat ,menjamin dipatuhinya kebijakan perusahaan oleh para pegawai, melindungi
aset perusahaan, dan menghindari terjadinya kesalahan / kekeliruan dan
penyalahgunaan.
Audit
sistem informasi adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti-bukti untuk
menentukan apakah sistem komputer yang digunakan telah dapat melindungi aset
milik organisasi, mampu menjaga integritas data, dapat membantu pencapaian
tujuan organisasi secara efektif, serta menggunakan sumber daya yang dimiliki
secara efisien ( Weber dalam Yaner, Tanuwijaya, & Sutomo, 2018: 2).
Pengertian
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen berupa data, jaringan data, jaringan
kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, sumber daya manusia,
teknologi baik hardware maupun software yang saling berinteraksi sebagai satu
kesatuan untuk mencapai tujuan/sasaran tertentu yang sama. (Maniah dan Dini
Hamidin, 2017).
Pengertian
Audit Sistem Informasi Beberapa ahli mengemukakan bahwa pengertian audit sistem
informasi adalah sebagai berikut :
a.
Audit
sistem informasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai
apakah pengendalian sistem informasi telah dapat memberikan keyakinan yang
memadai atas pengamanan aset, integritas data, efektivitas, dan efisiensi. ( I
Putu Agus Swastika dan Lanang Agung Raditya Putra 2016)
b.
Audit
sistem informasi adalah proses pengumpulan dan evaluasi buktibukti untuk
menentukan apakah sistem komputer yang digunakan telah pencapaian tujuan
organisasi secara efektif, serta menggunakan sumber daya yang dimiliki secara
efisien. (Tata Sutabri, 2012)
c.
Audit
sistem informasi adalah pemeriksaan atau audit yang dilaksanakan dalam rangka
IT Governance, merupakan audit operasional secara khusus terhadap pengelolaan
sumber daya informasi. (Sanyoto Gondodiyoto, 2007)
Secara
umum audit teknologi informasi dimaksudkan untuk mengevaluasi tingkat
kesesuaian antara teknologi informasi dengan prosedur bisnis (business
processes) perusahaan, untuk mengetahui apakah suatu teknologi informasi telah
didesain dan diimplementasikan secara efektif, efisien, dan ekonomis. Sehingga,
memiliki mekanisme pengamanan aset, serta menjamin integritas data yang memadai
(Gondodiyoto, 2017).
Audit Teknologi Informasi adalah
mengevaluasi dan mengumpulkan bukti dari adanya sebuah sistem komputer untuk
menjaga integritas data serta melindungi sistem komputer yang digunakan.
Integritas data yang dijaga merupakan aset perusahaan dalam mencapai tujuan
perusahaan secara efektif dan menggunakan sumber daya yang ada. Audit Teknologi
Informasi mencakup berbagai macam ilmu yang menjadi suatu kesatuan, diantaranya
Traditional Audit, Manajemen Sistem Informasi, Sistem Informasi Akuntasi, Ilmu
Komputer, dan Behavioral Science (Isa, 2012a).
Para auditor sistem informasi secara khusus
berkonsentrasi pada evaluasi kehandalan atau efektifitas pengendalian / kontrol
sistem. Kontrol adalah sebuah sistem untuk mencegah, mendeteksi atau
memperbaiki situasi yang tidak teratur. Terdapat tiga aspek penting yang
berkaitan dengan definisi kontrol di atas, yaitu :
a.
Kontrol
adalah sebuah sistem, dengan kata lain kontrol terdiri atas sekumpulan
komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang sama.
b.
Fokus
dari kontrol adalah situasi yang tidak teratur, dimana keadaan ini bisa terjadi
jika ada masukan yang tidak semestinya masuk ke dalam sistem.
c.
Kontrol
digunakan untuk mencegah, mendeteksi dan memperbaiki situasi yang tidak
teratur, sebagai contoh :
a)
Preventive
control : instruksi yang diletakkan pada dokumen untuk mencegah kesalahan
pemasukan data
b)
Detective
control : Kontrol yang diletakkan pada program yang berfungsi mendeteksi
kesalahan pemasukan data
c)
Corrective
control : program yang dibuat khusus untuk memperbaiki kesalahan pada data yang
mungkin timbul akibat gangguan pada jaringan, komputer ataupun kesalahan user.
Secara umum, fungsi
dari kontrol adalah untuk menekan kerugian yang mungkin timbul akibat kejadian
yang tidak diharapkan yang mungkin terjadi pada sebuah sistem. Tugas auditor
adalah untuk menetapkan apakah kontrol sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan
untuk mencegah terjadinya situasi yang tidak diharapkan. Auditor harus dapat
memastikan bahwa setidaknya ada satu buah kontrol yang dapat menangani resiko
bila resiko tersebut benar-benar terjadi.
Sumber :
·
https://media.neliti.com/media/publications/219156-pelaksanaan-kontrol-dan-audit-sistem-inf.pdf
· https://osf.io/ngqxh/download
·
https://repository.nusamandiri.ac.id/repo/files/237916/download/Modul-Audit-Sistem-Informasi-dan-Tata-Kelola..pdf
2.
Motivasi
Dan Kebutuhan Terhadap Kontrol Dan Audit Sistem Informasi
Pengertian
Motivasi Kata Motivasi berasal dari kata Latin “Motive” yang berarti dorongan,
daya penggerak atau kekuatan yang terdapat dalam diri organism yang menyebabkan
organism itu bertindak atau berbuat. Selanjutnya diserap dalam bahasa Inggris
motivation berarti pemberian motiv, penimbulan motiv atau hal yang menimbulkan
dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.
Sedangkan
penerapan TIK diperusahan seiring berjalannya waktu akan banyak mengalami
perubahan, karena perkembangan teknologi informasi berkembang begitu cepat,
baik secara h/w maupun s/h, dan telah mengakibatkan perubahan pengolahan data
yang dilakukan perusahaan. Peralihan ke sistem terkomputerisasi yang
terbarukan memungkinkan data yang kompleks dapat diproses dengan cepat dan
tepat, guna menghasilkan suatu informasi yang lengkap, akurat dan mutahir.
Dalam
mendukung aktivitas sebuah organisasi, informasi menjadi bagian yang sangat
penting, baik untuk perkembangan organisasi maupun membaca persaingan pasar dan
selanjutnya dapat digunakan untuk mengambil langkah strategis dengan tujuan
memenangkan persaingan. Sistem Informasi digunakan di segala bidang dalam
perusahaan untuk melakukan pemprosesan data menjadi suatu informasi, dan ini
merupakan sebuah kegiatan dalam organisasi yang bersifat repetitive, dan agar
menghasilkan kualitas informasi yang bermutu, maka harus dilaksanakan secara
sistematis dan otomatis.
Dengan
demikian, sangat diperlukan adanya pengelolaan yang baik dalam sistem yang
mendukung proses pengolahan data tersebut. Dalam sebuah organisasi tata kelola
sistem dilakukan dengan melakukan audit. Menurut Juliandarini (2013) Audit
sistem informasi (Information Systems (IS) audit atau Information technology
(IT) audit) adalah bentuk pengawasan dan pengendalian dari infrastruktur sistem
informasi secara menyeluruh.Menurut Romney (2004) audit sistem informasi
merupakan tinjauan pengendalian umum dan aplikasi untuk menilai pemenuhan
kebijakan dan prosedur pengendalian internal serta keefektivitasannya untuk
menjaga asset.
Sehingga
audit sistem informasi adalah suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan
bukti audit untuk menentukan apakah sistem komputer perusahaan telah
menggunakan asset sistem informasi secara tepat dan mampu
mendukung pengamanan asset tersebut memelihara kebenaran dan
integritas data dalam mencapai tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.
Organisasi
perlu melakukan audit system informasi sebagai evaluasi dan pengendalian
terhadap sistem informasi yang digunakan oleh organisasi, hal ini dilakukan
dengan alas an untuk :
1.
Pencegahan terhadap biaya organisasi bila
terjadi data yang hilang
Kehilangan data dapat terjadi karena ketidakmampuan
pengendalian terhadap pemakaian komputer. Kelalaian dengan tidak
menyediakan backup yang memadai terhadap file data,
sehingga kehilangan file dapat terjadi karena program komputer
yang rusak, adanya sabotase, atau kerusakan normal yang membuat file tersebut
tidak dapat diperbaiki sehingga akhirnya membuat kelanjutan operasional
organisasi menjadi terganggu.
2.
Pengambilan keputusan yang salah akibat
informasi yang salah
Kualitas sebuah
keputusan sangat tergantung kepada kualitas informasi yang disajikan untuk
pengambilan keputusan tersebut. Tingkat akurasi dan pentingnya sebuah data atau
informasi tergantung kepada jenis keputusan yang akan diambil. Jika top manajer
akan mengambil keputusan yang bersifat strategik, mungkin akan dapat
ditoleransi berkaitan dengan sifat keputusan yang berjangka panjang. Tetapi
kadangkala informasi yang menyesatkan akan berdampak kepada pengambilan
keputusan yang menyesatkan pula.
3.
Penyalahgunaan computer untuk kebutuhan
diluar organisasi
Beberapa jenis
tindak kejahatan dan penyalah-gunaan komputer antara lain adalah virus,
hacking, akses langsung yang tak legal (misalnya masuk ke ruang komputer tanpa
ijin atau menggunakan sebuah terminal komputer dan dapat berakibat kerusakan
fisik atau mengambil data atau program komputer tanpa ijin) dan atau
penyalahgunaan akses untuk kepentingan pribadi (seseorang yang mempunyai
kewenangan menggunakan komputer tetapi untuk tujuan-tujuan yang tidak
semestinya).
4.
Adanya
nilai dari yang berharga dari perangkat keras komputer, perangkat lunak dan
personel
Disamping data, hardware dan software serta
personel komputer juga merupakan sumber daya yang kritikal bagi suatu
organisasi, walaupun investasi hardware perusahaan sudah
dilindungi oleh asuransi, tetapi kehilangan hardware baik
terjadi karena kesengajaan maupun ketidaksengajaan dapat mengakibatkan
gangguan. Jika software rusak akan mengganggu jalannya
operasional dan bila software dicuri maka informasi yang
rahasia dapat dijual kepada kompetitor. Personel adalah sumber daya yang paling
berharga, mereka harus dididik dengan baik agar menjadi tenaga handal dibidang
komputer yang profesional.
5.
Biaya
yang tinggi untuk kerusakan komputer
Saat ini pemakaian komputer sudah sangat meluas dan
dilakukan juga terhadap fungsi kritis pada kehidupan kita. Kesalahan yang
terjadi pada komputer memberikan implikasi yang luar biasa, sebagai contoh
data error mengakibatkan jatuhnya pesawat di Antartika yang
menyebabkan 257 orang meninggal atau seseorang divonis masuk penjara karena
kesalahan data di komputer.
6.
Kerahasiaan data atau informasi yang
dimiliki perusahaan
Informasi di dalam
sebuah organisasi bisnis sangat beragam, mulai data karyawan, pelanggan,
transaksi dan lainya adalah amat riskan bila tidak dijaga dengan benar.
Seseorang dapat saja memanfaatkan informasi untuk disalahgunakan. Sebagai
contoh bila data pelanggan yang rahasia, dapat digunakan oleh pesaing untuk
memperoleh manfaat dalam persaingan.
7.
Pengontrolan pengembangan / evolusi
komputer
Perkembangan
Teknologi computer harus diantisipasi oleh organisasi agar dalam persaingan
usaha dapat selalu diantisipasi dan kebutuhan untuk pengolahan data yang tepat
dan cepat dengan teknologi yang berkesesuaian juga dapat dilakukan, jika
perkembangan teknologi ini tidak diansipasi, kemungkinan gagal atau kalah
bersaing menjadi lebih besar.
Sedangkan empat
tujuan utama mengapa perlu dilakukannya audit sistem informasi yaitu:
1.
Mengamankan asset
Asset (aktiva)
yang berhubungan dengan instalasi sistem informasi mencakup: perangkat keras,
perangkat lunak, fasilitas, manusia, file data, dokumentasi
sistem, dan peralatan pendukung lainnya. Sama halnya dngan aktiva – aktiva
lainnya, maka aktiva ini juga perlu dilindungi dengan memasang pengendalian
internal. Perangkat keras bisa rusak karena unsur kejahatan ataupun sebab-sebab
lain. Perangkat lunak dan isi file data dapat dicuri.
Peralatan pendukung dapat dihancurkan atau digunakan untuk tujuan yang tidak
diotorisasi. Karena konsentrasi aktiva tersebut berada pada lokasi pusat sistem
informasi, maka pengamanannya pun menjadi perhatian dan tujuan yang sangat penting.
2.
Menjaga integritas data
Integritas data
merupakan konsep dasar audit sistem informasi. Integritas data berarti data
memiliki atribut: kelengkapan (completeness), sehat dan jujur (soundness),
kemurnian (purity), ketelitian (veracity). Tanpa menjaga
integritas data, organisasi tidak dapat memperlihatkan potret dirinya dengan
benar akibatnya, keputusan maupun langkah-langkah penting di organisasi salah
sasaran karena tidak didukung dengan data yang benar.
3.
Menjaga efektivitas sistem
Sistem informasi
dikatakan efektif hanya jika sistem tersebut dapat mencapai tujuannya. Untuk
menilai efektivitas sistem, auditor sistem informasi harus tahu mengenai
kebutuhan pengguna sistem atau pihak-pihak pembuat keputusan yang terkait
dengan layanan sistem tersebut. Selanjutnya, untuk menilai apakah sistem
menghasilkan laporan / informasi yang bermanfaat bagi penggunanya, auditor
perlu mengetahui karakteristik user berikut proses pengambilan keputusannya.
4.
Mencapai efisiensi sumber daya
Suatu sistem
sebagai fasilitas pemrosesan informasi dikatakan efisien jika ia menggunakan
sumber daya seminimal mungkin untuk menghasilkan output yang
dibutuhkan. Efisiensi sistem pengolahan data menjadi penting apabila tidak ada
lagi kapasitas sistem yang menganggur.
Dari alasan dan
tujuan tersebut sangat jelas bahwa penting bagi sebuah organisasi untuk
melakukan audit sistem informasi guna melihat kembali apakah sistem yang
berjalansudah tepat dan terpenting sistem mampu untuk mendukung tercapainya
tujuan organisasi.
Kebutuhan audit system informasi yaitu :
· General Financial Audit
a. Audit objective sesuai dengan standar akuntansi
keuangan
b. Referensi model adalah COSO (committee of sponsoring Organization)
· IT Governance
a. Audit operasional terhadap manajemen pengelolaan
sumberdaya informasi
b.
Aspek
– aspek : efektifitas, efesiensi, data integrity, save guarding asset,
reliability, confidentiallity, availability, security.
Selain dapat
dilakukan untuk sistem secara menyeluruh, dapat juga dilakukan terhadap:
· General information review
o
Audit
terhadap sistem informasi
· Quality Assurance
o
Auditor
(bukan anggota tim pengembang), membantu meningkatkan kualitas dari sistem.
Auditor mewakili pimpinan proyek.
· Postimplementation Audit
o
Apakah
sistem perlu dimutakhirkan atau diperbaiki atau dihentikan.
o
Istilah
audit arround dan audit through the computer tidak berlaku lagi pada audit
jenis ini
Sumber :
·
https://dosen.perbanas.id/dasar-kebutuhan-pelaksanaan-audit-sistem-informasi-bagi-organisasi/
·
https://repository.nusamandiri.ac.id/repo/files/237916/download/Modul-Audit-Sistem-Informasi-dan-Tata-Kelola..pdf
·
https://repository.unikom.ac.id/41136/1/Pendahuluan.pptx
3. Fondasi
Audit Sistem Informasi
a)
Auditing tradisional
· Filosofi
pengendalian
· Teknik
pengendalian intern
·
Metodologi
pengumpulan dan penilaian bukti
b)
Ilmu
komputer
·
Pengetahuan
teknis dalam pengamanan aset, integritas data, efektivitas dan efisiensi sistem
c)
Manajemen
TI
·
Metodologi
pengembangan dan implementasi TI
d)
Teknik
manajemen proyek
·
Dokumentasi,
standar, anggaran
e)
Ilmu
perilaku
·
Isu
dan permasalahan humanit
Sumber : https://www.academia.edu/32029795/MAKALAH_PENG_KONTROL_DAN_AUDIT_SISTEM_INFORMASI
4. Jenis
Audit: Audit Internal, Audit System Informasi, Audit Kecurangan (Fraud),
Eksternal Audit/Audit Keuangan, Audit Internal
Jenis
audit yaitu :
a. Audit
internal
Secara umum audit internal merupakan suatu fungsi
penilaian yang independent dalam suatu organisasi untuk menguji dan
mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Auditor internal berkewajiban untuk menyediakan informasi
tentang kelengkapan dan keefektifan pengendalian internal.
Fungsi audit internal
memerlukan pemeriksaan yang berkualitas tinggi. Fungsi audit internal tidak
akan berhasil tanpa adanya orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang cukup,
daya imajinasi yang kuat, serta berinisiatif dan mempunyai kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain. Fungsi audit internal juga ditentukan oleh
bantuan dan dorongan yang penuh dan nyata dari pimpinan tertinggi di
perusahaan.
Menurut Tugiman (2006:99) Tujuan audit internal adalah
membantu para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung
jawabnya secara efektif. Tujuan audit internal mencakup pula usaha
mengembangkan pengendalian efektif dengan biaya yang wajar.
Ruang lingkup audit mencakup bidang yang sangat luas
dan kompleks meliputi seluruh tingkatan manajemen baik yang sifatnya
administrative maupun operasional. Menurut Konsorsium Organisasi profesi Audit
Internal (2004:20) menyebutkan bahwa ruang lingkup audit internal adalah
melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses
pengelolaan resiko, pengendalian dan governance, dengan menggunakan pendekatan
yang sistematis, teratur, dan menyeluruh.
Tugas dan tanggung jawab audit internal biasanya
berada pada Perusahaan yang relative besar dan memiliki banyak departemen yang
memerlukan suatu fungsi penilaian seperti fungsi audit internal. Wewenang dan
tanggung jawab audit internal dalam suatu organisasi juga harus ditetapkan
secara jelas oleh pimpinan. Wewenang tersebut harus memberikan keleluasaan
auditor intern untuk melakukan audit terhadap catatan-catatan, harta milik,
operasional atau aktivitas yang sedang berjalan dan para pegawai badan usaha
(Chandry, 2009:10).
Standar profesi audit internal digunakan sebagai
kerangka dasar untuk mengevaluasi kegiatan dan kinerja satuan audit internal
maupun audit individu auditor internal. Standar profesi audit internal terdiri
dari standar atribut, standar kinerja, dan standar implementasi.
b. Audit
system informasi
Audit
system informasi perlu dilakukan karena banyaknya resiko yang perlu dihadapi
oleh organisasi yang berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi. Resiko –
resiko tersebut antara lain :
1. Kehilangan
data
Data
merupakan aset teknologi informasi yang sangat kritikal bagi kelangsungan
operasional perusahaan. Ketika data tersebut hilang maka perusahaan akan
mengalami kesulitan seperti misalnya data yang hilang adalah data penjualan
maka perusahaan tersebut harus melakukan verifikasi manual atas dokumen
penjualan yang dimiliki dengan menggunakan waktu yang cukup lama.
2. Kesalahan
pengambilan Keputusan
Sebuah
keputusan pada umumnya diambil berdasarkan data dan informasi yang tersedia.
Saat ini dalam bidang kedokteran banyak yang sudah menggunakan bantuan Decision
Support System (DSS) untuk mengambil keputusan yang penting. Keputusan dokter bisa saja melakukan tindakan dengan
menggunakan bantuan software tersebut. Jika pengambilan
keputusan tersebut salah bisa salah, taruhannya adalah nyawa seseorang.
3. Penyalahgunaan
computer
Risiko
kemungkinan penyalahgunaan teknologi yang dapat megakibatkan kerugian yang
bahkan tidak terbayangkan. Risiko tersebut tersebut dapat berupa ancaman fisik
seperti penghancuran dan pencurian aset dan nonfisik seperti hacking, virus,
penyalahgunaan akses.
4. Nilai
investasi
Sebagian besar investasi dalam teknologi informasi
memerlukan dana yang tidak sedikit dan cenderung sulit dikendalikan. Di
Indonesia, belum banyak organisasi yang melakukan analisis cost & benefit
sebelum melakukan investasi teknologi informasi.
5. Aspek
privasi
Banyak
data dan informasi yang bersifat pribadi tersimpan dalam sistem komputer,
seperti misalnya apabila kita mempunyai kartu kredit, maka data tanggal
terkadang merupakan informasi pribadi akan tersimpan dalam sistem penyedia
kartu kredit.
6. Kesalahan
pengoperasian computer
TI
biasa digunakan untuk melakukan perhitungan yang rumit, misalnya penghitungan
bunga bank. Penggunaan TI untuk mendukung proses penghitungan bunga bukannya
tanpa resiko kesalahan. Resiko ini semakin besar ketika bank tersebutbaru saja
berganti sistem yang sebelumnya mereka gunakan. Tanpa adanya mekanisme
pengembangan sistem yang memadai, mungkin saja terjadi kesalahan penghitungan
atau bahkan fraud.
7. Evaluasi
teknologi
Teknologi
informasi, seperti halnya teknologi yang lain mempunyai sifat netral. Sisi baik
dan sisi buruk akibat pemanfaatannya tergantung kepada siapa penggunanya dan
untuk apa digunakan.
c. Audit
kecurangan (Fraud)
Audit
kecurangan bertugas sebagai ahli dalam penyelidikan atau untuk menyajikan bukti
di pengadilan. Audit internal, dan
audit Teknologi Informasi yang umumnya juga meliputi auditor kecurangan dengan
spesialisasi khusus di beberapa peusahaan besar.
d.
External
audit atau audit keuangan
External audit atau audit keuangan adalah audit yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan
(apakah sesuai dengan standar akuntansi keuangan serta tidak menyalahi uji
materialitas). Apabila sistem akuntansi organisasi yang di audit merupakan
sistem akuntansi berbasis komputer, maka dilakukan audit terhadap sistem
informasi akuntansi apakah proses/mekanisme sistem dan program komputer telah
sesuai, pengendalian umum sistem memadai dan data telah substantif.
Sumber :
- https://repository.widyatama.ac.id/server/api/core/bitstreams/31c5ef91-9277-4440-905d-43ec9b90a0a5/content
- https://osf.io/xzecv/download
- https://excitedblog.wordpress.com/2017/11/01/jenis-jenis-audit-dalam-teknologi-sistem-informasi/
5. Ruang
lingkup audit sistem informasi
Ruang
lingkup audit system informasi yaitu :
- Mengidentifikasi sistem yang ada
- Memahami seberapa besar sistem informasi mendukung kebutuhan strategis organisasi dan operasional organisasi
- Mengetahui pada bidang atau area mana, fungsi, kegiatan atau business processes yang didukung dengan sistem informasi.
- Menganalisis tingkat pentingnya data/informasi yang dihasilkan oleh sistem dalam rangka mendukung kebutuhan para pemakainya.
- Mengetahui keterkaitan antara data, sistem pengolahan dan transfer informasi.
- Mengidentifikasi apakah ada kesenjangan (gap) antara sistem dengan kebutuhan.
- Membuat peta (map) dari information flows yang ada.
Sumber :
https://sif.uin-suska.ac.id/wp-content/uploads/2024/02/P1-P3-Pengantar-Audit-TI-UIN.pdf
6.
Jenis-jenis
kontrol dan audit sistem informasi
Jenis kontrol audit sistem informasi yaitu :
a.
Kontrol
lingkungan (Environmental controls)
Pengendalian lingkungan meliputi hal-hal seperti
kebijakan keamanan IS, standar, dan pedoman; struktur pelaporan dalam
lingkungan pemrosesan IS (termasuk operasi komputer dan pemrograman); kondisi
keuangan organisasi dan vendor jasa
b. Kontrol
keamanan fisik (Physical security controls)
Kontrol keamanan fisik berkaitan dengan perlindungan
terhadap perangkat keras komputer, komponen, dan fasilitas di mana mereka
berada.
c. Kontrol
keamanan logis (Logical security controls)
Kontrol
keamanan logis adalah yang telah dikerahkan dalam sistem operasi dan aplikasi
untuk membantu mencegah akses tidak sah dan penghancuran yang disengaja atau
disengaja terhadap program dan data.
d.
Kontrol
operasi IS (IS operating controls)
Kontrol operasi sistem informasi, yang dirancang untuk
membantu memastikan bahwa sistem informasi beroperasi secara efisien dan
efektif. Kontrol ini termasuk penyelesaian tepat waktu dan akurat pekerjaan
produksi, distribusi media output, kinerja cadangan dan prosedur pemulihan,
kinerja prosedur pemeliharaan.
Sumber :
https://repository.nusamandiri.ac.id/repo/files/237916/download/Modul-Audit-Sistem-Informasi-dan-Tata-Kelola..pdf
7.
Tujuan
kontrol dan audit sistem informasi
Tujuan
Audit Sistem Informasi dapat dikelompokkan ke dalam dua aspek utama dari
ketatakelolaan IT, yaitu :
a. Conformance
(Kesesuaian) Pada kelompok tujuan ini audit sistem informasi difokuskan untuk
memperoleh kesimpulan atas aspek kesesuaian, yaitu: Confidentiality
(Kerahasiaan), Integrity (Integritas), Availability ( Ketersediaan ) dan
Compliance (Kepatuhan).
b.
Performance (Kinerja) Pada kelompok tujuan
ini audit sistem informasi difokuskan untuk memperoleh kesimpulan atas aspek
kinerja, yaitu: Effectiveness (Efektifitas), Efficiency (Efisiensi),
Reliability (Kehandalan).
Adapun tujuan yang lain adalah :
a. Untuk
memeriksa kecukupan dari pengendalian lingkungan, keamanan fisik, keamanan
logikal serta keamanan operasi sistem informasi yang dirancang untuk melindungi
piranti keras, piranti lunak dan data terhadap akses yang tidak sah,
kecelakaan, perubahan yang tidak dikehendaki.
b.
Untuk memastikan bahwa sistem informasi
yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan sehingga bisa membantu
organisasi untuk mencapai tujuan.
Menurut Gallegos dalam bukunya “Audit
And Control Of Information System” menyatakan audit sistem informasi meliputi
beberapa tahapan yakni:
·
Perencanaan
(Planning) Meliputi aktivitas utama, yakni:
a.
Menetapkan
ruang lingkup dan tujuan audit
b. Mengorganisasikan tim audit
c. Memahami tentang oprasi bisnis klien
d. Mengkaji
ulang hasil audit sebelumnya
e. Menyiapkan
program audit
· Pemeriksaan
Lapangan (Field Work)
Pada
tahap ini yang dikerjakan yaitu mengumpulkan informasi yang dilakukan dengan
cara mengumpujlkan data dengan pihak-pihak yang berhubungan. Hal ini bisa
dilakukan dengan cara penerapan metode pengumpulan data yakni wawancara,
quisioner atau melakukan survey.
· Pelaporan
(Reporting)
Setelah
pengumpulan data, maka akan diperoleh data yang akan diproses untuk dihitung
menurut perhitungan maturity level. Di tahapan ini akan dilakukan pemberian
informasi dalam bentuk hasil-hasil dari audit.
· Tindak
Lanjut (Follow Up)
Tahapan
ini dilakukan dengan pemberian laporan hasil audit dalam bentuk rekomendasi
tindakan perbaikan kepada pihak manajemen objek yang diteliti, untuk kemudian
wewenang perbaikan menjadi tanggung jawah manajemen objek yang diteliti apakah
akan diterapkan atau hanya menjadi acuan untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Tujuan audit sistem informasi menurut
Ron Weber “1999:11-13” secara garis besar terbagi menjadi empat tahap yaitu :
1. Pengamanan
Aset
Aset
informasi suatu perusahaan seperti perangkat keras “hardware”, perangkat lunak
“software”, sumber daya manusia, file data harus dijaga oleh suatu sistem
pengendalian intern yang baik agar tidak terjadi penyalahgunaan aset
perusahaan. Dengan demikian sistem pengamanan aset merupakan suatu hal yang
sangat penting yang harus dipenuhi oleh perusahaan.
2. Menjaga
Integritas Data
Integritas
data “data integrity” adalah salah satu konsep dasar sistem informasi. Data
memiliki atribut-atribut tertentu seperti: kelengkapan, kebenaran dan
keakuratan. Jika integritas data tidak terpelihara maka suatu perusahaan tidak
akan lagi memiliki hasil atau laporan yang benar bahkan perusahaan dapat
menderita kerugian.
3. Efektifitas
Sistem
Efektifitas
sistem informasi perusahaan memiliki peranan penting dalam proses pengambilan
keputusan, suatu sistem informasi dapat dikatakan efektif bila sistem informasi
tersebut telah sesuai dengan kebutuhan user.
4. Efisiensi
Sistem
Efisiensi
menjadi hal yang sangat penting ketika suatu komputer tidak lagi memiliki
kapasitas yang memadai atau harus mengevaluasi apakah efisiensi sistem masih
memadai atau harus menambah sumber daya karena suatu sistem dapat dikatakan
efisien jika sistem informasi dapat memenuhi kebutuhan user dengan sumber daya
informasi yang minimal.
5. Ekonomis
Ekonomis
mencerminkan kalkulasi untuk rugi ekonomi “cost/benefit” yang lebih bersifat
kuantifikasi nilai moneter “uang”. Efisiensi berarti sumber daya minimum untuk
mencapai hasil maksimal. Sedangkan ekonomis lebih bersifat pertimbangan
ekonomi.
6. Ketersediaan
Berhubungan dengan ketersediaan dukukan/layanan teknologi
informasi TI. TI hendaknya dapat dapat mendukung secara kontinyu terhadap
proses bisnis.Semakin sering terjadi gangguan maka berarti tingkat ketersediann
sistem rendah.
7. Kerahasian
Fokusnya
pada proteksi terhadap informasi dan supaya terlindung dari akses dari pihak-pihak
yang tidak berwenang.
8. Kehandalan
Kesesuaian
dan keakuratan bagi manajemen dalam pengelolaan organisasi, pelaporan dan
pertanggunjawaban.
9. Menjaga
Intergritas Data
Integritas
data adalah salah satu konsep dasar sistem informasi, data memiliki atribut
atribut yaitu : kelengkapan, kebenaran, dan keakuratan.
Sumber :
- https://repository.nusamandiri.ac.id/repo/files/237916/download/Modul-Audit-Sistem-Informasi-dan-Tata-Kelola..pdf
- https://osf.io/ngqxh/download
8. Pengantar proses audit
Dalam melakukan proses audit suatu Perusahaan membutuhkan auditor SI untuk mengumpulkan bukti, mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dari internal kontrol perusahaan berdasarkan bukti yang dikumpulkan melalui audit test, dan menyiapkan sebuah laporan audit yang menggambarkan kelemahan dan rekomendasi atau solusi untuk remediasi (Sandy & Solihin, 2021, para. 2)
Proses audit SI
mengharuskan auditor SI untuk :
a. Mengumpulkan
bukti
b.
Mengevaluasi
kekuatan dan kelemahan pengendalian internal berdasarkan : uji audit yang
dilakukan
c. Menyususn
dan mengaudit laporan yang menyajikan : kelemahan dan rekomendasi perbaikan
secara objektif kepada pemangku kepentingan.
Proses audit SI
Tahap
-tahap dalam audit, yaitu :
1.
Perencanaan
audit (audit palnning)
Sebagai langkah awal dalam audit yaitu menetapkan scope
(ruang lingkup) untuk diaudit dan tujuan pemeriksaan.
2.
Pemahaman
sistem dan struktur pengendalian internnya
Pemahaman sistem informasi untuk pelaksanaan transaksi,
penentuan aktivitas pengendalian untuk deteksi salah saji, penentuan prosedur
audit deteksi efektivitas aktivitas pengendalian.
3.
Pengumpulan
bukti pemeriksaan
Bukti audit dikumpulkan dengan observasi aktivitas
operasional, mempelajari dokumen, pengujian fisik atas asset, diskusi dengan
karyawan dan kuisioner, mengukur ulang kinerja prosedur, pengujian analistis
dan sampling, dan memeriksa dokumen sumber .
4.
Evaluasi
bukti pemeriksaan
a.
Auditor
mengevaluasi bukti sesuai dengan tujuan dari audit yang ditetapkan pada tahap 1
b. Melakukan
test kontrol untuk mengetahui apakah pengendalian sudah dilaksanakan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan
c.
Mempertimbangkan
kebutuhan bukti tambahan
d.
Dokumentasi
temuan audit
e.
Melakukan
substantive test
§ Test
of transaction : bertujuan untuk mengevaluasi apakah terdapat kekeliruan atau
kesalahan pada setiap transaksi
§ Test
of balances (overall results) : bertujuan untuk menjamin laporan keuangan yang
dihasilkan adalah benar dan akurat
5. Komunikasi
hasil pemeriksaan
Auditor menyiapkan laporan hasil audit mengenai
temuan-temuan dan rekomendasi (saran). Dalam penyelesaian audit
(completion of the audit), auditor membuat kesimpulan dan rekomendasi untuk
dikomunikasikan pada manajemen.
Secara umum, proses audit terdiri dari 3 fase utama,
yaitu planning, fieldwork/documentation, dan reporting/follow-up.
· Proses
perencanaan audit (audit planning)
Pada fase ini
memeriksa proses perencanaan audit pada tingkat strategis dan taktis.
Penggunaan audit berbasis resiko dan metode serta standar penilaian resiko
tercakup. Evaluasi awal pengendalian internal melalui pengumpulan informasi
yang tepat dan teknik evaluasi pengendalian sebagai komponen fundamental dari
rencana audit dan desain rencana audit untuk mencapai berbagai lingkup audit
dirinci.
· Proses
audit pemeriksaan lapangan (audit fieldwork)
Pemeriksaan lapangan
audit SI dilakukan untuk memastikan bahwa kebutuhan bisnis terpenuhi melalui
sistem, proses, dan infrastruktur TI dan kontrol terkait. Hal ini dicapai
dengan menantang efektivitas pengendalian yang ada dan dengan mengidentifikasi
kebutuhan untuk pengendalian yang lebih baik untuk memenuhi tujuan
pengendalian. Kerja lapangan dikaitkan dengan setiap langkah program dalam program
audit. Ini mewakili pengujian yang melihat kontrol di tempat tertentu pada
suatu titik waktu. Jika ruang lingkup audit mencakup rentang waktu tertentu,
bukti yang perlu dikumpulkan selama ini, terlepas dari apakah masalah
diperbaiki atau diubah selama audit. Penilaian profesional akan dipanggil untuk
diuji disini sekali lagi.
Tahap
ini akan dilakukan adalah pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dengan pihak-pihak yang terkait. Hal ini dapat dilakukan
dengan menerapkan berbagai metode pengumpulan data yaitu: wawancara, quisioner
ataupun melakukan survey ke lokasi penelitian.
·
Proses pelaporan audit (audit reporting)
Tahap reporting
adalah dimana setiap maslah yang diidentifikasikan selama fase fieldwork akan
divalidasi oleh manajemen. Untuk keperlan logistic, beberapa kegiatan seperti
validasi masalah dapat dilakukan selama fase kerja lapangan. Manajemen juga
perlu memberikan rencana pemulian untuk mengatasi masalah dan memastikan bahwa
mereka tidak terulang Kembali. Draft laporan keseluruhan akan diedarkan untuk
ditinjau Kembali kepada pemangku kepentingan dan manajemen. Menyetujui
perubahan digabungkan dan draf yang diperbarui dikirim ke manajemen senior
untuk diperiksa dan disetujui. Setelah manajemen senior menyetujui laporan
tersebut akhirnya diselesaikan dan didistribusikan ke manajemen eksekutif. Semua masalah
dimasukkan ke dalam pelacakan masalah atau mekanisme pelacakan resiko yang
digunakan organisasi.
Sumber : https://www.researchgate.net/publication/366806651_Audit_Sistem_Informasi_Teori_Framework_Dan_Studi_Kasus_Menggunakan_Framework
9. Analisis resiko
·
Konsep
resiko
Agar segala
sesuatu berjalan sesuai yang seharusnya, maka perlu ada pengawasan. Salah satu
bentuk atau cara pengawasan ialah yang disebut system pengendalian intern
(internal control system) yang melekat pada system dan prosedur organisasi
tersebut. Pendekatan Audit SI/TI berbasis resiko digunakan untuk menilai resiko
dari poses bisnis yang berlangsung diorganisasi atau perusahaan dan yang
terpenting dapat membantu pengaudit SI/TI dalam memutuskan metode pengujian
yang digunakan dalm pelaksaaan audit nantinya dengan melakukan uji kepatutan
atau uji secara substantif.
· Jenis
– jenis resiko
Adapun Jenis jenis resiko sebagai
berikut :
1.
Risiko Bisnis (Bussiness Risks)
Risiko bisnis adalah risiko yang dapat disebabkan oleh
faktor-faktor intern maupun ekstern yang berakibat kemungkinan tidak
tercapainya tujuan organisasi (business goals objectives).
a.
Risiko
ekstern (risk from external environment) ialah misalnya antara lain perubahan
kondisi perekonomian tingkat kurs yang berubah mendadak, dan munculnya pesaing
baru yang mempunyai potensi bersaing tinggi
b. Risiko
internal ialah risiko yang berasal dari internal misalnya antara lain
permasalahan kepegawaian, risiko-risiko yang berkaitan dengan peralatan atau
mesin, risiko keputusan yang tidak tepat, dan kecurangan manajemen (Manajement
Fraud).
2.
Risiko
Bawaan (Inherent Risks)
Risiko bawaan ialah potensi kesalahan atau penyalahgunaan
yang melekat pada suatu kegiatan, jika tidak ada pengendalian intern. Misalnya
kegiatan kampus, apabila tidak ada absensi/daftar kehadiran kuliah akan banyak
mahasiswa yang cenderung tidak disiplin hadir mengikuti kuliah. Inherent risk
atau resiko bawaan merupakan resiko kesalahan audit yang merupakan aktivitas
bawaan dari proses bisnis.Resiko kesalahan tersebut bersifat indenpenden dan
akan semakin tinggi jika compensating control tidak tersedia.
3.
Risiko Pengendalian (Control Risks)
Dalam
suatu organisasi yang baik seharusnya sudah ada risks assessment, dan dirancang
pengendalian intern secara optimal terhadap setiap potensi risiko. Risiko
pengendalian ialah masih adanya risiko meskipun sudah ada pengendalian. Control
Risk atau resiko kontrol merupakan resiko kesalahan yang tidak terdeteksi oleh
kontrol internal itu sendiri selama proses audit berlangsung. Resiko kontrol
tersebut menjadi rendah jika prosedur validasi tersedut dilakukan secara terkomputerisasi.
Risiko
pengendalian tidak pernah mencapai keyakinan penuh bahwa semua salah saji
material akan dapat dideteksi ataupun dicegah. Risiko pengendalian merupakan
fungsi dari efektivitas struktur pengendalian inter. Semakin efektif struktur
pengendalian intern perusahaan klien, semakin kecil risiko pengendaliannya.
Penetapan risiko pengendalian didasarkan atas kecukupan bukti audit yang
menyatakan bahwa struktur pengendalian inter klien adalah efektif. Ada dua
macam risiko pengendalian, yaitu:
a)
Actual level of control risk Assessed
level of control risk yang ditentukan dengan melakukan modifikasi prosedur
untuk menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern terkait dengan asersi,
dan prosedur untuk melaksanakan test of control. Pada saat perencanaan audit,
auditor menentukan besarnya risiko pengendalian yang direncanakan untuk setiap
asersi yang signifikan.
b) Planned
assessed level of control risk ini ditentukan berdasar asumsi tentang
efektivitas rancangan dan operasi struktur pengendalian intern yang relevan.
4.
Risiko
Deteksi (Detection Risks)
Risiko deteksi adalah risiko yang terjadi karena prosedur
audit yang dilakukan mungkin tidak dapat mendeteksi adanya error yang cukup
materialitas atau adanya kemungkinan fraud. Risiko deteksi mungkin dapat
terjadi karena auditor ternyata dalam prosedur auditnya tidak dapat mendeteksi
terjadinya existing control failures (system pengendalian intern yang ada
ternyata tidak berjalan baik).
5.
Audit (Audit Risks)
Risiko
audit sebenarnya adalah kombinasi dari inherent risks, control risks, dan
detection risks. Risiko audit adalah risiko bahwa hasil pemeriksaan auditornya
ternyata belum dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
Ada
Pun rumus mengetahui Resiko Audit dengan rumus dibawah :
Model
Risiko Audit (audit risk) yang paling lumrah digunakan (dan diajarkan) adalah :
AR
= IR x CR x DR
Dimana
:
AR
= Audit Risk
IR
= Inherent Risk
CR
= Control Risk
DR
= Detection Risk
Mengenai jenis – jenis risiko, dalam bukunya yang berjudul Accounting Information System, F.L. Jones dan D.V. Rama (2003,p127-134) tidak membahas masalah business risk, tetapi menyebut risiko – pelaksanaan (execution risks) yang mungkin lebih sempit ruang lingkupnya. Jones dan Rama berpendapat risiko pada hakekatnya dapat dikelompokkan kedalam 4 jenis risiko, yaitu execution risks, information risks, asset protection risks, dan performance risks.
1. Execution
Risk
Execution
risk adalah risiko yang berkaitan dengan tidak tercapainya sesuatu yang
seharusnya dilaksanakan.
2.
Information Risk
Risiko informasi yang dimaksud oleh Jones dan Rama ini
ialah risiko yang berkaitan dengan kemungkinan kesalahan atau penyalahgunaan
data informasi. Risiko terjadi waktu mencatat/entri data
(recording risks) serta updating risks.
3.
Asset Protection Risk
Risiko yang berkaitan dengan save guarding assets ini
ialah kerusakan, hilang, atau asset tidak digunakan seperti yang seharusnya,
maupun risiko yang dapat timbul terhadap assets perusahaan akibat keputusan
yang salah.
4.
Performance
Risk
Risiko kinerja ini adalah resiko berkaitan dengan kinerja
pegawai/ kinerja perusahaan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai
tujuan/standar/ukuran yang ditetapkan. Pada hakekatnya yang bertanggung jawab
dan akan mempertanggung jawabkan pengelolaan perusahaan kepada para
share/stockholder dan stakeholder adalah para pengurus perusahaan, yang menurut
Undang-undang Perseroan Terbatas di Indonesia ialah para anggota Dewan Direksi
dan anggota Dewan Komisaris.
Dalam pelaksanaan
kegiatan sehari-hari, yang melakukan tugas operasional ialah para manajer
tingkat menengah, supervisor, staf dan pegawai pelaksana, yang melaksanakan
tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan pimpinan. Jika mereka tidak
melakukan tugas sesuai dengan yang seharusnya, atau kalau kinerjanya tidak
sesuai dengan yang seharusnya. Hal ini merupakan risiko yang dipreventif,
dideteksi, atau dikoreksi/diperbaiki.
Audit resiko merupakan risiko kemungkinan auditor ekstern memberikan opini yang salah terhadap fairness laporan keuangan auditee, atau temuan dan rekomendasi yang salah pada laporan hasil pemeriksaan auditor intern. Risiko ini sangat berbahaya karena auditor sudah memberikan opini atau rekomendasi bahwa “Things are okay and fine, but they are not”
Efek Risiko dalam sistem informasi ditemui pada :
1.
Strategi (Strategic): risiko dimana sistem
informasi tidak sesuai dengan tujuan organisasi dan tidak mendukung pencapaian
misi.
2.
Operasi
(Operations): risiko dimana sistem informasi menimbulkan beban yang terlalu
besar bagi organisasi. Selain itu ketergantungan organisasi terhadap suatu
sistem informasi berarti apabila sistem tersebut tidak tersedia selama waktu
tertentu dapat menimbulkan risiko besar bagi operasional.
3.
Pelaporan
(Reporting): risiko dimana sistem informasi tidak dapat diandalkan untuk
menghasilkan informasi yang akurat, lengkap dan tepat waktu.
4. Kepatuhan (Compliance): risiko dimana sistem informasi malah menimbulkanpelanggaran hukum dan regulasi yang merugikan bagi organisasi baik secara finansial maupun reputasi. Keterkaiatan antar Tujuan Bisnis dan TI akan dipaparkan dengan mengacu pada kerangka kerja COBIT. Kerangka kerja tersebut memberikan pemetaan keterkaitan antara tujuan bisnis dengan tujuan TI sehingga dapat dijadikan acuan bagi perusahaan dalam menerjemakan kebutuhan bisnis akan tersediaan TI.
·
Penilaian
resiko
1.
Memperkirakan
resiko dari control objective yg tidak dipenuhi, dengan menggunakan teknik
analitik dan atau mengkonsultasikan sumber sumber alternative.
2.
Mendokumentasikan
kelemahan kendali, serta ancaman dan kerawanan yang dihasilkan.
3.
Mengidentifikasikan
dan mendokumentasikan dampak yang potensial maupun aktual.
4.
Menyediakan informasi komparatif, misalnya
melalui benchmark
Secara Garis besar Metodologi dalam
Audit SI dan TI akan terdiri atas beberapa tahapan anatara lain :
a. Analisis
Kondisi Eksisteing
Merupakan
aktivitas dalam memahami kondisi saat ini perusahaan yang diaudit termasuk
hukum dan regulasi yang berpengaruh terhadap operasional proses bisnis.
b. Penentuan
tingkat resiko
Dengan
mengklasifikasikan proses bisnis yang tingkat resikonya tinggi maupun proses
bisnis pendukung. Hasil penentuan tingkat resiko tersebut kemudian dijadikan
sebagai bahan dalam penyusunan ruang lingkup pelaksanaan audit yang diarahkan
kepada proses bisnis yang didukung oleh TI
c. Pelaksanaan
Audit SI/TI dengan mengacu kerangka kerja COBIT yang akan didahului dengan
proses penentuan ruang lingkup dan tujuan audit berdasarkan hasil penentuan
tingkat resiko pada tahapan sebelumnya.
d. Penentuan
rekomendasi beserta laporan dari hasil audit yang dilakukan.
Sumber :
https://repository.nusamandiri.ac.id/repo/files/237916/download/Modul-Audit-Sistem-Informasi-dan-Tata-Kelola..pdf
10. Definisi control internal dan kontrol internal pada
sistem informasi
Pengendalian
(kontrol) internal adalah suatu keadaan di mana terdapat sistem akutansi yang
memadai menjadikan akuntan perusahaan dapat menyediakan informasi keuangan bagi
setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau pemegang saham kreditur dan para
pemakai laporan keuangan (stakeholder) lain, yang dijadikan dasar pengambilan
keputusan ekonomi. Dengan kata lain, Pengendalian internal adalah rencana,
metode, prosedur, dan kebijakan yang didesain oleh manajemen untuk memberi
jaminan yang memadai atas tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional,
kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan terhadap asset, ketaatan/kepatuhan
terhadap undang-undang, kebijakan dan peraturan lain.
Sistem
pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuranukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
dapat dipercaya tidaknya data akuntansi mendorong efisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijaksanaan. Dalam arti sempit, pengawasan intern
merupakan pengecekan penjumlahan mendatar (crossfooting) maupun penjumlahan
menurun (footing). Dalam artian luas, pengawasan intern tidak hanya meliputi
pekerjaan pengecekan tetapi meliputi semua alat-alat yang digunakan manajemen
untuk mengadakan pengawasan. Pengawasan intern itu meliputi struktur organisasi
dan semua cara-cara serta alat yang dikoordinasikan yang digunakan dalam
perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta perusahaan, memeriksa
ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi,
dan membantu dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih
dahulu
Berdasarkan
dari beberapa definisi yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pengendalian intern adalah suatu rancangan prosedur organisasional yang
mendorong terciptanya kebijakan manajemen untuk menciptakan efisiensi
operasional, melindungi aktiva, serta yang terpenting untuk mencegah
penyelewengan terhadap aktiva perusahaan. Dengan melihat definisi di atas maka
fungsi atau a
Dengan
melihat definisi di atas maka fungsi atau arti penting pengendalian intern
dapat didentifikasi sebagai berikut:
1)
Melindungi harta organisasi dari tindakan dan keadaan yang merugikan, misalnya
pencurian, kerugian dan kerusakan.
2)
Mengecek kerusakan data akuntansi, sehingga dapat menghasilkan data yang dapat
diandalkan dalam pengambilan keputusan.
3)
Meningkatkan efisiensi usaha dalam beroperasi. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari pengulangan kerja yang tidak perlu dan merupakan pemborosan dalam
seluruh aspek usaha.
4)
Mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Manajemen
membuat berbagai peraturan dan prosedur untuk pencapaian tujuan perusahaan.
Sumber :
- https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/7293/3/BAB%20II.pdf
- https://media.neliti.com/media/publications/314765-pengendalian-internal-dalam-sistem-infor-8acbd84c.pdf
11. Cara
melakukan audit sistem informasi
Proses audit
sistem informasi adalah proses yang berkaitan langsung dengan kompleksitas.
Terkadang auditor harus menyelesaikan tugasnya dalam sistem yang sangat banyak
dan kompleks. Karena kompleksitas merupakan akar permasalahan dari 7 setiap
problem yang dihadapai oleh para profesional, maka para ilmuwan telah berusaha
untuk membuat panduan untuk mengurangi kompleksitas tersebut, yaitu :
a.
Memecah sebuah sistem yang besar menjadi
beberapa subsistem untuk dievaluasi secara terpisah
b.
Menentukan
kehandalan setiap subsistem dan pengaruh setiap subsistem terhadap kehandalan
sistem secara keseluruhan
·
Tahapan
Audit
Dalam
melakukan kegiatan audit, penelit memakai tahapan audit sebagai berikut :
1.
Planning,
mendapatkan pemahaman yang lengkap mengenai bisnis perusahaan yang sedang
dilakukan audit. Pada proses ini auditormenentukan ruanglingkup dan tujuan
pengendalian, tingkat materialitas, dan outsourcing. Pada tahap ini auditor
menetapkan mengapa, bagaimana,kapan dan oleh siapa audit akan dilaksanakan.
Untuk mematangkan tahap perencanaan, sebuah program audit awal dipersiapkan
untuk menunjukkan sifat, keluasan, dan waktu prosedur-prosedur yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan audit dan untuk meminimalkan risiko-risiko audit.
2.
Prepare
Audit Program, audit program disesuaikan dengan hardware dan software yang
dimiliki perusahaan, topologi dan arsitektur jaringan, dan lingkungan serta
pertimbangan khusus mengenai industri tersebut. Komponen- komponen dari audit
program tersebut adalah: ruang lingkup audit,sasaran audit, prosedur audit, dan
rincian administratif (perencanaan dan pelaporan).
3.
Gather
Evidence, bertujuan untuk mendapatkan bukti-bukti memadai, handal, relevan, dan
berguna untuk mencapai sasaran audit secara efektif. Jenis bukti yang sering
ditemukan auditor pada kerja lapangan yaitu: observasi proses-proses dan
keberadaan dari item fisik seperi pengoperasian komputer atau prosedur backup
data, bukti dalam bentuk dokumen (seperti program change logs, sistem access
logs, dan tabel otoritas), gambaran dari perusahaan seperi flowcharts,
narratives, dan kebijakan dan prosedur yang tertulis), serta analisa seperti
prosedur CAATs yang dijalankan pada data perusahaan.
4.
Form
Conclusion, mengevaluasi bukti- bukti dan membuat suatu kesimpulan tentang
hasil pemeriksaan yang pada akhirnya akan mengarah pada opini audit. Auditor
juga akan melaporkan kelemahan dan kelebihan darisistem.
5. Deliver
Audit Opinion, informasi umum yang harus ada dalam sebuah laporan audit yaitu:
a.
Nama
dari organisasi/perusahaan yang diaudit
b.
Judul,
tanda tangan, dan tanggal
c.
Pernyataan
sasaran audit dan apakah audit tersebut telah memenuhi sasaran Ruang lingkup
audit, termasuk didalamnya area audit fungsional, periode audit yang tercakup,
dan sistem informasi, aplikasi, atau lingkungan proses yang diaudit
d.
Pernyataan
bahwa telah terjadi pembatasan ruang lingkup dimana auditor tidak dapat
melaksanakan pekerjaan audit dengan memadai untuk mencapai sasaran-sasaran
audit tertentu
e. Pengguna
laporan audit yang dikehendaki, termasuk beberapa pembatasan dalam
pendistribusian laporan audit
f.
Standar-standar
dan kriteria yang menjadi dasar auditor untuk 9 melaksanakan pekerjaan audit
tersebut
g.
Penjelasan
rinci mengenai temuan- temuan penting
h.
Kesimpulan
dari area audit yang dievaluasi, termasuk di dalamnya syarat dan kualifikasi
penting
i.
Saran-saran
yang tepat untuk tindakan perbaikan danpeningkatan
j. Peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi setelah masa fieldwork audit yang bersangkutan berakhir
6.
Follow Up, melakukan tindak lanjut dengan
membuat suatu ketentuan untuk melakukan tindak lanjut bersama dengan perusahaan
pada kondisi-kondisi yang dilaporkan atau defisiensi audit yang tidak ter-cover
selama kegiatan audit. Tindak lanjut
ini dapat dilakukan dengan menelepon pihak menejemen.
·
Tahapan
Audit Sistem Informasi
Berikut
ini terdapat beberapa tahapan audit sistem informasi, terdiri atas:
a.
Perencanaan
Audit (Planning The Audit)
Perencanaan merupakan fase pertama dari kegiatan audit,
bagi auditor eksternal hal ini artinya adalah melakukan investigasi terhadap
klien untuk mengetahui apakah pekerjaan mengaudit dapat diterima, menempatkan
staff audit, menghasilkan perjanjian audit, menghasilkan informasi latar
belakang klien, mengerti tentang masalah hukum klien dan melakukan analisa
tentang prosedur yang ada untuk mengerti tentang bisnis klien dan
mengidentifikasikan resiko audit.
b. Pengujian
Pengendalian (Test Of Controls)
Auditor
melakukan kontrol test ketika mereka menilai bahwa kontrol resiko berada pada
level kurang dari maksimum, mereka mengandalkan kontrol sebagai dasar untuk
mengurangi biaya testing. Sampai pada fase ini auditor tidak 10 mengetahui
apakah identifikasi kontrol telah berjalan dengan efektif, oleh karena itu
diperlukan evaluasi yang spesifik.
c. Pengujian
Transaksi (Test Of Transaction)
Auditor
menggunakan test terhadap transaksi untuk mengevaluasi apakah kesalahan atau
proses yang tidak biasa terjadi pada transaksi yang mengakibatkan kesalahan
pencatatan material pada laporan keuangan. Tes transaksi ini termasuk menelusuri jurnal dari sumber
dokumen, memeriksa file dan mengecek keakuratan.
d. Pengujian
Keseimbangan atau Keseluruhan Hasil (Tests Of Balances or Overal Result)
Untuk mengetahui pendekatan yang digunakan pada fase ini,
yang harus diperhatikan adalah pengamatan harta dan kesatuan data. Beberapa
jenis subtantif tes yang digunakan adalah konfirmasi piutang, perhitungan fisik
persediaan dan perhitungan ulang aktiva tetap.
e. Penyelesaian
/ Pengakhiran Audit (Completion Of The Audit)
Pada fase akhir audit, eksternal audit akan menjalankan
beberapa test tambahan terhadap bukti yang ada agar dapat dijadikan laporan.
Lingkup Audit Sistem Informasi pada umumnya difokuskan kepada seluruh sumber
daya sistem informasi yang ada, yaitu Aplikasi, Informasi, Infrastruktur dan
Personil.
Sumber :
https://repository.nusamandiri.ac.id/repo/files/237916/download/Modul-Audit-Sistem-Informasi-dan-Tata-Kelola..pdf
Komentar
Posting Komentar