Langsung ke konten utama

STANDAR DAN PANDUAN AUDIT SISTEM INFORMASI




Nama                     : Amylia Nurrizky Yudhistiara

Kelas / NPM         : 4KA21 / 10120135

Mata Kuliah         : Audit Teknologi System Informasi

Dosen                    : Kurniawan B. Prianto, S.Kom., SH, MM



Standar dan Panduan Audit Sistem Informasi

 

·       Standar audit

Standar Audit SI tidak lepas dari standar professional seorang auditor SI. Standar professional adalah ukuran mutu pelaksanaan kegiatan profesi yang menjadi pedoman bagi para anggota profesi dalam menjalankan tanggungjawab profesinya. Standar profesional adalah batasan kemampuan (knowledge, technical skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seseorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang aturan-aturannya dibuat oleh organisasi profesi yang bersangkutan. 

 

·       Panduan audit

Panduan yang dipergunakan dalam Audit Sistem Informasi di Indonesia adalah Standar Atestasi, dan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi akuntansi (IAI di Indonesia, AICPA di USA, atau CICA untuk Kanada), maupun yang lebih khusus lagi, yaitu dari ISACA atau IIA. Model referensi sistem pengendalian intern (internal controls model/framework) lazimnya adalah COBIT. Audit objectives dalam audit terhadap IT governance (menurut COBIT adalah: effectiveness, confidentiality, data integrity, availability, efficiency, dan realibility). Karena yang diperiksa adalah tata-kelola Teknologi Informasi (IT governance), maka yang diperiksa antara lain adalah Teknologi Informasi itu sendiri. Karena itu istilah audit arround the computer dan audit through the computer tidak relevan lagi di sini.

 

1.     ISACA is audit standards and guidelines-COBIT 5

ISACA adalah suatu organisasi profesi internasional di bidang tata kelola teknologi informasi yang didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1967. Awalnya dikenal dengan nama lengkap Information Systems Audit and Control Association, saat ini ISACA hanya menggunakan akronimnya untuk merefleksikan cakupan luasnya di bidang tata kelola teknologi informasi.  ISACA didirikan oleh individu yang mengenali kebutuhan untuk sumber informasi terpusat dan bimbingan dalam bidang tumbuh kontrol audit untuk sistem komputer. Hari ini, ISACA memiliki lebih dari 115.000 konstituen di seluruh dunia dan telah memiliki kurang lebih 70.000 anggota yang tersebar di 140 negara. Anggota ISACA terdiri dari antara lain auditor sistem informasi, konsultan, pengajar, profesional keamanan sistem informasi, pembuat perundangan, CIO, serta auditor internal. Jaringan ISACA terdiri dari sekitar 170 cabang yang berada di lebih dari 60 negara, termasuk di Indonesia.

 

·       Sifat khusus audit sistem informasi, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan audit SI memerlukan standar yang berlaku secara global

·       ISACA berperan untuk memberikan informasi untuk mendukung kebutuhan pengetahuan

·       Dalam famework ISACA terkait, audit sistem informasi terdapat Standards, Guidelines and procedures

·       Standar yang ditetapkan oleh ISACA harus diikuti oleh auditor.

·       Guidelines memberikan bantuan tentang bagaimana auditor dapat menerapkan standar dalam berbagai penugasan audit.

·       Prosedur memberikan contoh langkah-langkah auditor dapat mengikuti penugasan audit tertentu sehingga dapat menerapkan standar.

·       Namun, IS auditor harus menggunakan pertimbangan profesional ketika menggunakan pedoman dan prosedur.

 

Standar audit SI menurut ISACA, antara lain:

 

a.     S1 Audit Charter

·       Tujuan, tanggung jawab, kewenangan dan akuntabilitas dari fungsi audit SI atau penilaian audit SI harus didokumentasikan dengan pantas dalam sebuah audit charter atau perjanjian tertulis.

·       Audit charter atau perjanjian tertulis harus mendapat persetujuan dan pengabsahan pada tingkatan yang tepat dalam organisasi.

 

b.     S2 Independence

·       Professional Independence

o   Dalam semua permasalahn yang berhubungan dengan audit, auditor SI harus independent terhadap auditee baik dalam sikap maupun penampilan.

·       Organisational Independence

o   Fungsi audit SI harus independen terhadap area atau aktivitas yang sedang diperiksa agar tujuan penilaian audit terselesaikan

 

c.     S3 Professional Ethics and Standards

·       Auditor SI harus tunduk pada kode etika profesi dari ISACA dalam melakukan tugas audit.

·       Auditor SI harus patuh pada penyelenggarakan profesi, termasuk observasi terhadap standar audit profesional yang dipakan dalam melakukan tugas audit.

 

d.     S4 Professional Competence

·       Auditor SI harus seorang profesional yang kompeten, memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk melakukan tugas audit.

·       Auditor SI harus mempertahankan kompetensi profesionalnya secara terus menerus dengan melanjutkan edukasi dan training.

 

e.     S5 Planning

·       Auditor sistem informasi harus merencanakan peliputan audit sistem informasi sampai pada tujuan audit dan tunduk pada standar audit profesional dan hukum yang berlaku.

·       Audit sistem informasi harus membangun dan mendokumentasikan resiko yang didasarkan pada pendekatan audit.

 

f.      S6 Performance of Audit Work

·       Pengawasan-staff audit sistem informasi harus diawasi untuk memberikan keyakinan yang masuk akal bahwa tujuan audit telah sesuai dan standar audit profesional yang ada.

·       Bukti-Selama berjalannya audit, auditor sistem informasi harus mendapatkan bukti yang cukup, layak dan relevan untuk mencapai tujuan audit. Temuan audit dan kesimpulan didukung oleh analisis yang tepat dan interprestasi terhadap bukti-bukti yang ada.

·       Dokumentasi-Proses audit harus didokumentasikan, mencakup pelaksanaan kerja audit dan bukti audit untuk mendukung temuan dan kesimpulan auditor sistem informasi. 

 

g.     S7 Reporting

·       Auditor sistem informasi harus menyajikan laporan, dalam pola yang tepat, atas penyelesaian audit.

·       Laporan audit harus berisikan ruang lingkup, tujuan, periode peliputan, waktu dan tingkatan kerja audit yang dilaksanakan.

·       Laporan audit harus berisikan temuan, kesimpulan dan rekomendasikan serta berbagai pesan, kualifikasi atau batasan dalam ruang lingkup bahwa auditor sistem informasi bertanggung jawab terhadap audit.

·       Auditor sistem informasi harus memiliki bukti yang cukup dan tepat untuk mendukung hasil pelaporan.

Adapun tujuan Pengendalian untuk Informasi dan Teknologi Terkait (COBIT) adalah kerangka kerja sukarela untuk manajemen dan tata kelola TI. Ini memberikan serangkaian praktik terbaik untuk proses operasional TI dan membantu organisasi memastikan bahwa TI mereka selaras dengan tujuan bisnis, mengelola risiko secara efektif, dan memberikan nilai bagi bisnis.

Audit TI berdasarkan standar COBIT mengevaluasi tata kelola dan pengelolaan lingkungan TI perusahaan, dengan fokus pada kinerja dan manajemen risiko untuk memastikan bahwa proses TI mendukung tujuan strategis organisasi.

Cobit 5

COBIT 5 adalah kerangka bisnis untuk tata kelola dan manajemen perusahaan IT (IT gevornance framework), dan juga kumpulan alat yang mendukung para manager untuk menjembatani jarak (gap) antara kebutuhan yang dikendalikan (control requirments), masalah teknis (technical issues) dan resiko bisnis (business risk). COBIT 5 adalah evolusi dari framework sebelumnya yakni, COBIT 4.1 yang ditambah dengan Val IT 2.0 dan Risk IT.

Pengertian COBIT 5 adalah Informasi merupakan sumber daya utama bagi enterprise. Teknologi memegang peranan penting yang dapat meningkatkan fungsi informasi pada enterprise, sosial, publik dan lingkungan bisnis. COBIT 5 memberikan layanan kerangka kerja secara komprehensif untuk membantu pemerintah dan manajemen IT dalam sebuah perusahaan mencapai tujuan yang diharapkan Pengertian COBIT 5 adalah sebuah framework atau kerangka kerja yang memberikan layanan kepada enterprise, baik itu sebuah perusahaan, organisasi, maupun pemerintahan dalam mengelola dan memanajemen aset atau sumber daya IT untuk mencapai tujuan enterprise tersebut.

Pada COBIT 5, proses-proses seperti APO13 Manage Security, DSS04 Manage Continuity dan DSS05 Manage Security Services memberikan panduan dasar 76 mengidentifikasi, mengoperasikan dan memonitor sistem untuk manajemen keamanan secara umum.

Menggambarkan keamanan informasi pada enterprise termasuk :

1.     Responsibilities terhadap fungsi IT pada keamanan informasi.

2.     Aspek-aspek yang akan meningkatkan efektivitas kepemimpinan dan manajemen keamanan informasi seperti struktur organisasi, aturan-aturan dan kultur.

3.     Hubungan dan jaringan keamanan informasi terhadap tujuan enterprise.

Memenuhi kebutuhan enterprise untuk :

1.     Menjaga risiko keamanan pada level yang berwenang dan melindungi informasi terhadap orang yang tidak berkepentingan atau tidak berwenang untuk melakukan modifikasi yang dapat mengakibatkan kekacauan.

2.     Memastikan layanan dan sistem secara berkelanjutan dapat digunakan oleh internal dan eksternal stakeholders.

3.     Mengikuti hukum dan peraturan yang relevan.

Sebagai tambahan, pengembangan COBIT 5 for Information Security untuk memberikan fakta bahwa keamanan informasi merupakan salah satu aspek penting dalam operasional sehari-hari pada enterprise.

Prinsip dari OBIT 5

Prinsip COBIT 5 :

Prinsip 1. Meeting Stakeholder Needs

Keberadaan sebuah perusahaan untuk menciptakan nilai kepada stakeholdernya – termasuk stakeholders untuk keamanan informasi – didasarkan pada pemeliharaan keseimbangan antara realisasi keuntungan dan optimalisasi risiko dan penggunaan sumber daya yang ada. Optimalisasi risiko dianggap paling relevan untuk keamanan informasi. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda sehingga perusahaan tersebut harus mampu menyesuaikan atau melakukan customize COBIT 5 ke konteks perusahaan yang dimiliki.

Prinsip 2. Covering the Enterprise End-to-End

COBIT 5 mengintegrasikan IT enterprise pada organisasi pemerintahan dengan cara :

·       Mengakomodasi seluruh fungsi dan proses yang terdapat pada enterprise. COBIT 5 tidak hanya fokus pada ‘fungsi IT’, namun termasuk pada pemeliharaan informasi dan teknologi terkait sebagai aset layaknya aset-aset yang terdapat pada enterprise.

·       Mengakomodasi seluruh stakeholders, fungsi dan proses yang relevan dengan keamanan informasi.

Prinsip 3. Applying a Single, Integrated Network

COBIT 5 dapat disesuaikan dengan standar dan framework lain, serta mengizinkan perusahaan untuk menggunakan standar dan framework lain sebagai lingkup manajemen kerangka kerja untuk IT enterprise. COBIT 5 for Information Security 80 membawa pengetahuan dari versi ISACA sebelumnya seperti COBIT, BMIS, Risk IT, Val IT dengan panduan dari standar ISO/IEC 27000 yang merupakan standar ISF untuk keamanan informasi dan U.S. National Institute of Standars and Technology (NIST) SP800-53A.

Prinsip 4. Enabling a Holistic Approach

Pemerintahan dan manajemen perusahaan IT yang efektif dan efisien membutuhkan pendekatan secara holistik atau menyeluruh. COBIT 5 mendefinisikan kumpulan pemicu yang disebut enabler untuk mendukung implementasi pemerintahan yang komprehensif dan manajemen sistem perusahaan IT dan informasi. Enablers adalah faktor individual dan kolektif yang mempengaruhi sesuatu agar dapat berjalan atau 7 7enablers yang digunakan pada COBIT 5 meliputi:

1.     Principles, Policies and Frameworks

2.     Processes

3.     Organisational Strucutres

4.     Culture, Ethics and Behaviour

5.     Information

6.     Services, Infrastructure and Applications

7.     People, Skills and Competencies

Prinsip 5. Separating Governance from Management

COBIT 5 dengan tegas membedakan pemerintahan dan manajemen. Kedua disiplin ini memiliki tipe aktivitas yang berbeda, membutuhkan struktur organisasi yang berbeda dan memiliki tujuan yang berbeda. COBIT 5 melihat perbedaan tersebut berdasarkan sudut pandang berikut bekerja

Sumber :

·       https://arshave24.blogspot.com/2019/10/standar-dan-panduan-audit-sistem.html

·       https://ardyanpp.wordpress.com/2020/10/05/standar-dan-panduan-audit-sistem-informasi/

·       https://faddom.com/it-audit-standards/

·       https://repository.nusamandiri.ac.id/repo/files/237916/download/Modul-Audit-Sistem-Informasi-dan-Tata-Kelola..pdf

 

2.     ITIL audit standards

ITIL adalah suatu rangkaian konsep dan teknik pengelolaan infrastruktur, pengembangan, serta operasi TI. ITIL seringkali dijadikan acuan dalam pelaksanaan IT Service Management (ITSM) suatu organisasi. ITIL mendeskripsikan secara detail proses, prosedur, tugas dan ceklist untuk membangun integrasi antara TI dengan strategi organisasi, memberikan value, dan mempertahankan level minimum kompetensi. ITIL merupakan panduan dalam melakukan perencanaan, desain, transisi, operasional dan peningkatan layanan TI secara berkesinambungan dalam Perusahaan.

ITIL dikembangkan oleh Office of Government Commerce (OGC) di inggris. ITIL dibuat dari Kumpulan best practices yang ditemukan dalam area layanan TI. ITIL dibuat dari Kumpulan best practices yang ditemukan dalam area layanan TI. Tujuan dikembangkannya ITIL adalah membuat suatu kerangka kerja yang dapat digunakan oleh suatu organisasi sebagai panduan untuk manajemen TI yang digunakan. ITIL versi ketiga dirilis pada 30 Juni 2007, terdiri dari 5 bagian utama dan lebih menekankan pada pengelolaan siklus hidup layanan TI. Kelima bagian tersebut adalah service strategy, service design, service transition, service operation, dan continual service improvement.

Menurut ITIL, TI bisa dikatakan sebagai sebuah layanan jika mengandung tiga aspek yaitu dapat membantu pelanggan mencapai tujuan, pelanggan tidak perlu membeli peralatan dan infrastruktur yang dibutuhkan, dan resiko menjadi tanggung jawab penyedia layanan. Sebuah layanan bisa memberikan value jika sudah memberikan garansi terhadap empat aspek berikut : availability, capacity, security dan continuity. Aspek-aspek tersebut biasanya menjadi komponen dalam service level agreement (SLA).

Penjelasan dari masing-masing tahapan dalam siklus layanan TI dalam ITIL versi 3 sebagai berikut :

1.     Service strategy (SS)

Pada gambar diatas, menunjukan bahwa service strategy diletakan dipusat dari modul lainnya, yang mana ini berarti bahwa service strategy memberikan praktek dan Teknik, serta arahan dalam hal bagaimana untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan service management dari perspektif kemampuan organisasi dan aset strategik. Serta mengarahkan prinsip-prinsip yang mendasari service management yang berguna untuk mengembangkan kebijakan yang ada didalamnya, dan proses diseluruh siklus layanan ITIL. Definisi lainnya dari service strategy yaitu yang menspesifikasikan setiap tahap dari siklus layanan agar harus tetap focus pada business case, dengan menetapkan tujuan bisnis, kebutuhan, dan prinsip service management.

2.     Service design (SD)

Memberikan arahan untuk merancang dan mengembangkan layanan serta proses ayanan tersebut. Yang meliputi prinsip rancangan dan metode untuk merubah tujuan strategik ke dalam portofolio layanan dan aset layanan. Ruang lingkup dari service design ini meliputi perubahan dan perbaikan atau pengembangan yang diperlukan untuk meningkatkan atau mempertahankan serta mengelola nilai kepada pelanggan dalam siklus layanan, layanan berkelanjutan, pencapaian Tingkat layanan dan kesesuaian terhadap standar dan peraturan. Juga memandu organisasi mengenai bagaimana mengembangkan kemampuan merancang untuk service management. Selain itu juga memastikan bahwa infrastruktur teknologi informasi yang ada harus mencakup “fit for purpose” dan “fit for use”.

3.     Service transition (ST)

Mengarahkan dalam hal pengembangan dan perbaikan atau peningkatan kemampuan  dalam masa transisi layanan yang baru dan berubah menjadi operasi. Juga mengarahkan pada bagaimana kebutuhan service strategy diletakan dalam service design yang efektif untuk operasional layanan Ketika mengelola resiko kegagalan dan gangguan. Pada bagian ini, framework ITIL menggabungkan praktek didalam release management, program management, dan risk management yang menempatkannya didalam konteks praktikal service management.

4.     Service operation (SO)

Mewujudkan praktek didalam pengelolaan service operation. Termasuk mengarahkan dalam mencapai efektifitas dan efisiensi dalam memnyampaikan dan mendukung layanan supaya memastikan agar nilai kepada pelanggan dan kepada pemberi layanan. Dimana service operation ini mengarah pada keseharian pengelolaan dan operasional pada layanan bisnis IT.

5.     Continual service improvement (CSI)

Meliputi instrumental arahan dalam membuat dan mengelola nilai kepada pelanggan melalui rancangan yang lebih baik, praktikan dan metode dari pengelolaan kualitas, pengelolaan perubahan, dan perbaikan kemampuan. Yang belajar untuk menyatakan peningkatan dan perbaikan pada skala besar dalam hal kualitas layanan, efisiensi operasional dan bisnis berkelanjutan.

            ITIL terdiri dari beberapa versi, yaitu :

·       ITIL V1

ITIL atau Information Technology Infrastructure Library ( Pustaka Infrastruktur Teknologi Informasi), merupakan gabungan atau sekumpulan konsep dan praktical dalam menjalankan pengelolaan infrastruktur, pengembangan, serta operasional TI di suatu institusi. Diciptakan akhir 1980-an oleh CCTA (Central Computer and Telecommunications Agency), organisasi milik pemerintah Inggris yang bergerak di bidang komputer dan telekomunikasi berupa kumpulan SOP (Standard Operating Procedure). Dikenal sebagai ITIL versi 1.

·       ITIL V2

Tahun 1999 diterbitkan ITIL versi 2. Secara garis besar memandang perlunya keselarasan (alignment) antara proses bisnis dengan IT.

1.     Service Support; Service Desk, Incident Management, Problem Management, Configuration Management, Change Management, Release Management.

2.     Service Delivery; Availability Management, Capacity Management, IT Service Continuity Management, Service Level Management, Financial Management for TI Services, Security Management.

·       ITIL V3

Tahun 2007 telah rilis ITIL versi 3. Dengan sudut pandang baru integrasi antara bisnis dan layanan TI dalam sebuah daur hidup berulang. Versi ini terdiri dari 5 proses besar yakni Service Strategy, Design, Transition, Operation, dan Continual Service Improvement.

Dengan menyediakan pendekatan sistematis untuk manajemen layanan TI, berbagai manfaat ITIL sebagai berikut:

·       Mengurangi biaya.

·       Peningkatan layanan TI melalui penggunaan proses-proses praktek terbaik yang telah terbukti meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pendekatan yang lebih profesional untuk pelayanan standar dan pedoman.   

·       Meningkatkan produktivitas.  

·       Meningkatkan penggunaan keterampilan dan pengalaman.   

·       Meningkatkan penyampaian layanan pihak ketiga melalui spesifikasi ITIL atau ISO 20000 sebagai standar untuk pengiriman layanan pengadaan jasa.

·       Meningkatkan waktu terhadap pasar, sehingga produk dan jasa baru dapat diciptakan.

·       Meningkatkan ketersediaan layanan, untuk meningkatkan keuntungan bisnis. 

·       Penghematan keuangan melalui pengurangan pengerjaan ulang, waktu yang hilang, dan peningkatan penggunaan manajemen sumber daya.

 

            Sumber :

·       https://www.scribd.com/embeds/260342424/content?start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

·       https://arafarra17.blogspot.com/2019/01/itil-framework.html

 

1.     Konsep dasar kontrol dan audit sistem informasi (SI)

Untuk mengetahui apakah pengelolaan sistem dan teknologi informasi telah mencapai tujuan strategisnya, seperti meningkatkan perlindungan terhadap aset-aset (asset saveguard), menjaga integritas data (data integrity), meningkatkan efektifitas sistem (effectivity), dan meningkatkan efisiensi sistem (efficiency).

            Sumber :

·       https://www.scribd.com/embeds/485320590/content?start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

 

2.     Prinsip-prinsip dasar proses audit SI

·      Ethical conduct : Berdasar pada profesionalisme, kejujuran, integritas, kerahasiaan, dan kebijaksanaan.

·      Fair Presentation : Kewajiban melaporkan secara jujur dan akurat.

·      Due professional care : Implementasi dari kesungguhan dan pertimbangan yang diberikan.

·      Independence

·      Evidence-base approach

Adapun proses-proses mengaudit, seperti :

·       Perencanaan audit (planning the audite)

·       Pengujian pengendalian (test of control)

·       Pengujian transaksi (test of transaction)

·       Pengujian keseimbangan atau keseluruhan hasil (tests of balance or overal result)

·       Penyelesaian atau pengakhiran audit (completion of the audit)

Sumber :

·       https://www.scribd.com/embeds/485320590/content?start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

 

3.     Standar dan panduan audit SI

Standar yang digunakan dalam mengaudit sistem informasi adalah standar yang diterbitkan oleh ISACA yaitu ISACA IS Auditing Standard, IS Auditing Guidance dan IS Auditing Procedure. Panduan yang dipergunakan dalam Audit System Informasi di Indonesia adalah Standar Atestasi, dan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi akuntansi (IAI di Indonesia, AICPA di USA, atau CICA untuk Kanada), maupun yang lebih khusus lagi, yaitu dari ISACA atau IIA.

Model referensi system pengendalian intern (internal controls model/framework) lazimnya adalah COBIT. Audit objectives dalam audit terhadap IT governance (menurut COBIT adalah effectiveness, confidentiality, data integrity, availability, efficiency, dan realibility). Karena yang diperiksa adalah tata-kelola teknologi informasi (IT governance), maka yang diperiksa antara lain adalah teknologi informasi itu sendiri. Karena itu istilah audit around the computer dan audit through the computer tidak relevan lagi dsini.

Standar audit SI tidak lepas dari sandar professional seorang auiditor SI , yaitu ukuran mutu pelaksanaan kegiatan profesi yang menjadi pedoman bagi para anggota prfsi dalam menjalankan tanggung jawab profesinya.

a.     Control Internal

Control internal adalah proses yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan system teknologi informasi yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan tertentu atau suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi.

Ruang lingkup kontrol internal yaitu menilai keefektifan sistem pengendalian intern, pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Sitem control internal adalah suatu system atau sosial yang dilakukan Perusahaan yang terdiri dari struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran untuk menjaga dan mengarahkan jalan perusahaan agar bergerak sesuai dengan tujuan dan program Perusahaan dan mendorong efisiensi serta dipatuhinya kebijakan manajemen.

b.     Control Objectives

Kontrol Objectives adalah efektivitas proses departemen dalam mendukung desain dan persetujuan kerangka pengendalian program berbasis resiko dan mengatur dan mendukung pengumpulan dan penggunaan laporan penerima. Control risk adalah resiko pengendalian (control risk) adalah salah satu material yang tidak dapat dicegah ataupun dideteksi secara tepat pada waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern perusahaan.

c.     Management Control Framework

Management Control Framework adalah mengumpulkan dan menggunakan informasi untuk mengevaluasi kinerja berbagai sumber daya organisasi secara keseluruhan. Application Control Framework adalah system pengendalian intern computer yang berkaitan dengan pekerjaan dan kegiatan tertentu yang telah ditentukan. Berkaitan dengan ruang lingkup proses bisnis individu atau system aplikasi. 

d.     Corporate IT Governance

Corporate IT Governance adalah kumpulan kebijakan, proses atau aktifitas dan prosedur untuk mendukung pengoperasian TI agar hasilnya sejalan dengan strategi bisnis. Aspek management control framework antara lain :

·       Defining, creating, redefining, retiring data (dengan wawancara, observasi)

·       Membuat database tersedia untuk semua user

·       Menginformasikan dan melayani user

·       Memelihara integritas data

·       Monitoring operations

Standar ISACA tersebut harus diikuti oleh auditor dalam melaksanakan audit sistem informasi. Standar Audit Sistem Informasi menurut ISACA adalah:

·       Standar umum adalah prinsip-prinsip panduan dalam memberikan jaminan operasi audit sistem informasi. Standar ini berlaku untuk semua pelaksanaan dalam penugasan audit sistem informasi. Standar ini meliputi etika professional, independensi, objektivitas dan kehati-hatian serta pengetahuan, kompetensi dan keterampilan.

·       Standar pelaksanaan merupakan panduan pelaksanaan penugasan, seperti perencanaan dan pengawasan, pelingkupan, risiko dan materialitas, mobilisasi sumber daya, pengawasan dan manajemen penugasan, bukti audit dan jaminan, dan pelaksanaan pertimbangan profesional dan kehati-hatian.

·       Standar pelaporan menentukan jenis laporan, alat komunikasi dan informasi yang dikomunikasikan.

Sumber :

·       https://www.scribd.com/embeds/526909108/content?start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

·       https://www.kompasiana.com/harryprianto3905/6067cd9b8ede484650764622/tb-1-prof-dr-apollo-konsep-dasar-audit-sistem-informasi?page=2&page_images=1

 

4.     Kontrol internal Ruang lingkup kontrol internal

Kontrol merupakan penggunaan semua sarana perusahaan untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi berbagai aktivitas dengan tujuan untuk memastikan berbagai aktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai. Ruang lingkup kontrol internal yaitu menilai keefektifan sistem pengendalian intern, pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Sitem control internal adalah suatu system atau sosial yang dilakukan Perusahaan yang terdiri dari struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran untuk menjaga dan mengarahkan jalan perusahaan agar bergerak sesuai dengan tujuan dan program Perusahaan dan mendorong efisiensi serta dipatuhinya kebijakan manajemen.

A.    Model-model control internal

a.     Model coso

Lima komponen control internal

1.     Lingkungan Kontrol : meliputi sikap manajemen disemua tingkatan terhadap operasi secara umum dan konsep kontrol secara khusus.

2.     Penentuan Risiko : mencakup penentuan risiko disemua aspek organisasi dan penentuan kekuatan organisasi melalui risiko.

3.     Aktivitas Kontrol : mencakup aktivitas-aktivitas yang dulunya dikaitkan dengan konsep kontrol internal.

4.     Informasi dan Komunikasi : komunikasi informasi tentang operasi kontrol internal memberikan substansi yang dapat digunakan manajemen untuk mengevaluasi efektivitas kontrol dan untuk mengelola operasinya.

5.     Pengawasan : evaluasi rasional yang dinamis atas informasi yang diberikan pada komunikasi informasi untuk tujuan manajemen kontrol.

b.     Model coco

Mencakup empat komponen :

1.     Tujuan

2.     Komitmen

3.     Kemampuan

4.     Pengawasan dan Pembelajaran

Komponen-komponen tersebut digunakan untuk mengklasifikasikan 20 kriteria, yang bisa menjadi bagian dari program audit.

B.    Penggunaan Model Kontrol Di Audit Internal

Kedua jenis kontrol memiliki risiko yang dapat dijelaskan dan diukur kemungkinan terjadi dan signifikansinya bila terjadi. Kombinasi kedua hal ini disebut kerawanan. Jadi, bila situasi tersebut dirumuskan makan akan terlihat sebagai berikut :

𝑃 𝑥 𝑆 = 𝑉 

P : Kemungkinan terjadi (Potential Occurrence)

S : Signifikansi (Significance)

V : Kerawanan (vulnerability)

 

C.    Auditabilitas Sistem Dan Studi Kontrol

Auditabilitas sistem dan studi kontrol memaparkan 3 konsep dasar :

a)     Keyakinan yang wajar diperoleh jika terdapat kontrol yang efektif dari segi biaya untuk mengurangi risiko bahwa keseluruhan tujuandan sasaran tidak tercapai sampai pada tingkat tertentu

b)    Tujuan didefinisikan sebagai pernyataan pencapaian yang diinginkan organisasi

c)     Sasaran merupakan target-target khusus yang harus bisa diidentifikasikan diukur, dicapai, dan konsisten dengan tujuan.

 

D.    Komponen-komponen sistem kontrol internal


E.    Fungsi kontrol

-       Kontrol korektif

-       Kontrol preventif

-       Kontrol detektif

Sumber :

·       https://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR%20DOSEN/AUDITINT/HRR/3_Audit%20Internal.pdf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI

          Nama                     : Amylia Nurrizky Yudhistiara Kelas / NPM         : 4KA21 / 10120135 Mata Kuliah         : Audit Teknologi System Informasi Dosen                    : Kurniawan B. Prianto, S.Kom., SH, MM   AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI   1.      Definisi Kontrol Dan Audit Sistem Informasi   Audit sistem informasi adalah fungsi dari organisasi yang mengevaluasi keamanan aset, integritas data, efektifitas dan efisiensi sistem dalam sistem informasi berbasis komputer. Selain itu Audit sistem informasi adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti – bukti untuk menentukan apakah sistem komputer dapat mengamankan aset, memelihara integrita...

APPLICATION CONTROL FRAMEWORK

            Nama                     : Amylia Nurrizky Yudhistiara Kelas / NPM         : 4KA21 / 10120135 Mata Kuliah         : Audit Teknologi System Informasi Dosen                    : Kurniawan B. Prianto, S.Kom., SH, MM ASPEK-ASPEK DALAM APPLICATION CONTROL FRAMEWORK 1.      Boundary control Mengendalikan sifat dan fungsi pengendalian akses, penggunaan pengkodean dalam pengendalian akses, nomor identifikasi personal (PIN), digital signatures dan plastic cards. Tujuan dari boundary control adalah : a.      Untuk menetapkan identitas dan otoritas user terhadap system computer b.      Untuk menetapkan identitas dan kebenaran sumber informasi yang...